22 June 2011

Al-Abdāl: Para Penggenggam Rahasia


Dalam tradisi Islam atau khususnya tasawuf dikenal adanya sosok yang misterius, yang dikenal dengan sebutan al-Abdāl (Para Pengganti). Disebut demikian karena setiap di antara mereka meninggalkan posisinya maka akan diganti dengan yang lain. Posisi tersebut adalah keberadaan untuk selalu memberikan kemaslahatan kepada umat dan ajakan untuk mendekat kepada Tuhan. Di seluruh alam para penggenggam rahasia ini selalu berjumlah tujuh, tidak kurang dan tidak lebih. Ketika salah seorang meninggalkan posisinya maka akan segera diganti oleh yang lain. Tidak diragukan lagi bagi seseorang yang mengetahui sosok misterius ini bahwa dialah calon penggantinya. Jadi tidak akan ada seseorang yang mengetahui keberadaannya di dunia ini kecuali calon pengganti tersebut.

Mereka selalu diselimuti sifat-sifat dan karakter yang akan selalu menjaga kerahasiaan keberadaannya, di antaranya adalah berlapar-lapar (al-jū’), terjaga di malam hari (al-sahar), pendiam (al-sumt) dan suka menyendiri (al-‘uzlah). Sifat-sifat yang menunjukkan kesederhanaan dan kesunyian hidup. Jauh dari popularitas, keinginan untuk bermewah-mewah dalam hal makanan, pakaian, tempat tinggal dan kendaraan. Jauh dari keinginan untuk dihormati dan dipuja-puji. Enggan untuk mencari pengakuan dan penghormatan dari keawaman manusia.

Mereka tidak menampakkan diri karena bertujuan menjaga dan tidak mau pengetahuan mereka yang merupakan amanat diolok-olok oleh manusia. Meskipun terhijab dari pandangan dunia sesungguhnya mereka akrab dengan para penghuni alam malakut. Karena penghuni alam malakut lebih memahami alusi-alusi yang paling tersembunyi dan paling halus sekalipun. Ketika berbicara dengan penghuni dunia, di tengah keterbatasan bahasa dunia yang terikat tempat dan waktu, mereka menggunakan simbol-simbol demi keamanan dan keselamatan dirinya.

Bagi para al-Abdal, lebih suka diam dan menyendiri daripada banyak berbicara dan melarutkan diri dalam riuhnya keramaian adalah tindakan untuk berjalan ke pusat diri, mencari hakekat demi mencari kesembuhan. Menghindari pembicaraan, yang hanya akan menghambur-hamburkan pikiran ke luar, sehingga jati dirinya terabaikan. Itulah akhirnya yang mendorongnya untuk beraktifitas pada pekerjan-pekerjaan yang sunyi dan mempelajari ilmu-ilmu yang bersifat sunyi dan permenungan.

Sifat-sifat ini sangat bertolak belakang dengan para penghuni dunia yang sudah renta ini. Dengan sifat-sifat tersebut sosok seperti ini, di tengah-tengah kerumunan manusia yang memilih kebenaran sebagai bagian tak terpisahkan dari popularitas dan banyaknya jumlah pengikut, tentu saja sangat sulit ditemukan dan seandainya ditemukanpun akan segera dilupakan oleh sejarah. Meskipun begitu, ketiadaannya inilah yang akan menjadi inspirasi bagi umat dan selalu meninggalkan jejak unik yang menginspirasi generasi sesudahnya.

No comments:

Post a Comment