02 January 2012

MASYARAKAT: LABORATORIUM SOSIOLOG


Sebagai sosiolog, di samping berteori (belajar dan mengajar di dalam ruang 6 x 6 meter) seseorang harus banyak menelorkan berbagai karya ilmiah dalam bentuk makalah, artikel di jurnal, buku, tesis ataupun disertasi. Update keilmuan dengan cara membaca buku-buku terbaru dan mengikuti perkembangan teori-teori lewat jurnal-jurnal ilmiah baik secara online maupun offline harus selalu dilakukan. Namun ada satu hal yang juga tidak kalah penting bagi seorang sosiolog, yaitu terjun dan hidup dalam sebuah komunitas masyarakat untuk menguji teori-teori yang sudah dipelajarinya.

Dengan begitu, seseorang di samping memahami teori-teori sosial secara teoretis, dapat mengetahui cara berinteraksi dengan masyarakat, baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar atau memahami pranata-pranata sosial sehingga memudahkannya untuk hidup dalam sebuah komunitas. Dalam kaitannya dengan pengalaman nilai-nilai agama, pemahaman terhadap ilmu sosial membantu seorang sosiolog untuk memperkuat nilai-nilai agama dalam pranata sosial keagamaan, bagaimana memahami nilai-nilai agama dalam menjalani hidup dan kehidupan sehari-hari warga masyarakat. Pemahaman terhadap ilmu sosial juga bisa digunakan sebagai perangkat untuk melakukan perubahan sosial dari praktik-praktik sosial yang bertentangan dengan nilai-nilai agama atau tradisi luhur mengarah pada kesesuaian terhadap nilai-nilai agama dan etika yang baik.

Perubahan sosial sebagaimana di atas, tidak bisa dijalankan sebagai suatu prakarsa yang murni ‘eksternal’, yakni terasing dari sejarah, kebudayaan atau praktik sosial sebuah komunitas masyarakat. Sebaliknya, perubahan sosial dan transformasi budaya harus berakar dan berdasar pada budaya komunitas masyarakat itu sendiri agar perubahan berlangsung absah, koheren dan berkelanjutan. Pada gilirannya, hal ini menunjukkan peran yang dimainkan oleh komunitas-komunitas dan anggota-anggotanya sebagai partisipan, subjek dan aktor perubahan sosial, atau dengan kata lain, keterlibatan yang intens peran sosiolog sebagai agent of change dalam proses itu. Pengoptimalan pranata-pranata sosial yang sudah ada, fungsi tempat-tempat ibadah, pengembangan lembaga pendidikan baik formal, non formal maupun informal disertai interaksi sosial yang baik dan rendah hati oleh agent of change diharapkan dapat memuluskan perubahan sosial yang sudah terkonsep dengan baik sesuai dengan visi, misi, target, tujuan dan program-program yang realistis dan logis.

No comments:

Post a Comment