14 May 2013

PENGETAHUAN YANG MELIPUTI SEGALA SESUATU



Dunia adalah apa yang kita pahami, demikian orang bijak mengatakan. John Locke, seorang filosof Inggris, mengatakan apa yang langsung berhubungan dengan kita –objek-objek pemahaman manusiawi- adalah gambaran-gambaran mental. Melalui gambaran-gambaran mental inilah, kemudian, kita secara tidak langsung menyadari akan ’keberadaan’ benda-benda di dunia ini.
Pandangan yang paling menakjubkan berasal dari George Berkeley tentang prinsip-prinsip pengetahuan manusiawi. Berkeley berpendapat bahwa yang sungguh-sungguuh ada hanyalah pikiran-pikiran dan ide-ide atau objek-objek dari pengetahuan manusiawi adalah ide-ide. Menurut pandangan Berkeley, ide-ide tersebut ada tiga macam, yaitu (1) ide-ide yang tercetak dalam pikiran melalui pengalaman sensorik, (2) ide-ide yang terbentuk dengan memperhatikan hasrat dan kerja-kerja pikiran, dan (3) ide-ide yang diingat oleh memori atau imajinasi.
Pikiran-pikiran, dengan kata lain, adalah yang memahami ide-ide, atau sederhananya adalah eksistensi dari sebuah ide yang tercapai karena dipahami. Ide-ide hanya dapat ada dalam sebuah pikiran yang memahaminya. Esse Est Percipe: ada karena dipahami...begitulah singkatnya. Keberadaan segala sesuatu tergantung sungguh pada yang dapat memahaminya. Kita manusia memandang dunia betul-betul hanya sekilas saja atau sambil lalu.
Apel, kopi, meja, dinding, buku –semua benda yang kita pahami saat ini- adalah kumpulan-kumpulan rasa, bau, pandangan, suara dan perasaan. Benda-benda itu hakekatnya hanya ada di dalam pikiran yang memahaminya. Semua yang kita rasakan adalah perasaan-perasaan yang kemudian menyusun persepsi dan persepsi sungguh hanya menampilkan sesuatu yang kita pahami saja, selain itu tidak.
Kita dapat mengambil distingsi Locke antara kualitas primer dan kualitas sekunder. Ide-ide sekunder kita –rasa, bau, suara, perasaan, warna dan sebagainya- tidak ada di dalam objek-objek itu sendiri tetapi dalam daya-daya yang menghasilkan berbagai sensasi dalam diri kita. Maksudnya adalah, tidak ada sifat-sifat dari objek-objek itu kecuali sifat-sifat yang tergantung pada pikiran, tidak sungguh-sungguh ada secara wujud di luar sana. Sedangkan kualitas primer atau hakikat dari segala sesuatu (wujud menurut apa adanya) adalah sesuatu yang terlepas dari semua kualitas sekunder tersebut.
Dunia seluruhnya, yang tampak (depan/kualitas sekunder) dan yang tidak tampak (belakang/kualitas primer) terus berjalan meskipun kita mengedipkan mata, tidur atau bahkan kita mengabaikannya. Tentu saja pada semua itu harus ada pengetahuan tanpa batas yang mengawasi, menjaga dan menjamin keberlangsungannya. Harus ada pengetahuan yang meliputi segala sesuatu yang bertanggung jawab menjaga semua itu supaya tetap di dalam keberadaannya. Menjaga dunia betul-betul supaya tetap terpahami. Di luar pikiran manusia yang terbatas dan hanya sanggup melihatnya sepintas lalu.
 
Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan (pengetahuan) Allah meliputi segala sesuatu”. 


”..Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang dia kehendaki..”.

No comments:

Post a Comment