24 August 2015

PASSION KEILMUAN

Bagi yang berniat terjun dalam dunia keilmuan mungkin sekilas catatan saya ini bisa dibuat sebagai bahan renungan. Orang yang terjun dalam dunia bisnis membutuhkan passion untuk memaksimalkan hasil, demikian juga dalam dunia keilmuan. Setiap kali saya membaca biografi seorang yang expert dalam satu bidang keilmuan dan menghasilkan banyak karya dalam bidang tersebut ada beberapa hal yang menjadi pelajaran bagi saya. Mereka biasanya mengalami hal-hal berikut ini sejak awal kehidupannya.
Menemukan minat (passion) pada satu bidang ilmu secara dini sehingga terhindar dari mempelajari ilmu-ilmu yang tidak perlu serta menghabiskan umur dan biaya. Bagi seorang anak menemukan passion sejak dini merupakan kesulitan tersendiri kalau tidak boleh dikatakan tidak mungkin. Meskipun seorang anak bisa merasakan sebuah aktivitas belajar itu menyenangkan ataukah memberatkan tetapi dia tidak akan bisa menafsiri pengalaman tersebut. Untuk itulah mereka membutuhkan kehadiran orang-orang dewasa di sekitar mereka yang bisa membantu memetakan passion, potensi dan bakat mereka sejak dini.
Hidup dalam lingkungan yang kondusif dan motivatif yang berujung pada keselamatan mereka dari doktrin-doktrin yang mengganggu hati dan pikiran. Menjauh dari perkataan orang-orang yang melemahkan dan memecah konsentrasi serta mengajak kepada hal-hal yang tidak penting. Jika kondisi ini tidak terpenuhi maka seseorang harus mau dan mampu untuk meninggalkan lingkungannya yang kurang kondusif dan motivatif tersebut untuk kemudian mencari lingkungan yang lebih sesuai dan mendukung bagi pencarian ilmu yang ingin digelutinya.
Mempunyai pemandu yang mengenalkan banyak ide dan gagasan sehingga dari pilihan ide dan gagasan tersebut dia akan banyak mengenal dan akhirnya menemukan satu minat keilmuan atau tokoh keilmuan yang dikagumi. Hal ini akan membantunya untuk menentukan jurusan keilmuan pada lembaga pendidikan secara tepat, efektif dan efisien sehingga bisa maksimal mempelajari apa yang dibutuhkan.
Tersedianya sarana dan pra sarana (finansial). Biaya memang bukan segalanya tapi segalanya butuh biaya. Kecapekan memikirkan kebutuhan hidup juga berpengaruh pada konsentrasi menuntut ilmu. Inilah mengapa para ulama dahulu lebih memilih hidup sederhana. Tujuannya tidak lain supaya banyak waktu untuk membaca dan menulis.  Di antaranya bahkan ada yang sampai tidak menikah.
Jika dari sisi finansial ini masih lemah sebaiknya seseorang harus bisa bersikap qanaah. Merasa cukup dengan apa yang bisa dijangkau merupakan satu-satunya pilihan, daripada memaksakan diri dan berakibat pada beban berat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Apalagi kalau sampai banyak berhutang, bisa diprediksi konsentrasi belajar akan terganggu dengan mencari cara bagaimana melunasi hutang-hutang tersebut.
Jika kita beruntung mengalami hal-hal tersebut di atas dan menemukan passion sejak dini niscaya kita juga bisa seperti mereka. Bagi saya tidak ada orang yang tidak mampu yang ada hanya orang yang tidak menemukan apa yang menjadi passion dalam kehidupannya. Setidak-tidaknya itulah yang saya rasakan selama ini. Wallahu a’lam...

2 comments: